Akhir-akhir ini banyak sekali isu-isu yang menghebohkan terjadi disekitar kita, salah satunya adalah tema yang akan saya bicarakan disini yaitu wabah ulat bulu di Probolinggo. Seperti yang telah kita ketahui dimedia elektronik maupun media cetak, warga Probolinggo dan sekitarnya sangat resah akan adanya wabah ini karena membawa dampak yang sangat buruk bagi kelangsungan hidup warga sekitar. Sudah banyak warga yang menjadi korban ulat-ulat bulu ini, banyak yang menderita gatal-gatal yang di sebabkan oleh bulu-bulu ulat yang beracun ini. Bulu-bulu yang berterbangan yang menempel pada kulit ini akan menyebabkan rasa gatal-gatal yang menyiksa. Warga berharap Pemda setempat turun tangan mengatasi masalah ulat bulu tersebut. Saya mengangkat tema ini karena secara tidak langsung tema ini berkaitan dengan tugas Ilmu Budaya Dasar yang telah saya rangkum sebelumnya, yaitu Manusia dan Penderitaan. Dimana maksud dari penderitaan itu sendiri adalah menanggung atau merasa sesuatu yang tidak menyenangkan. Para warga sekitar merasa wabah yang menimpa lingkungan tempat tinggal mereka merupakan suatu musibah yang banyak membawa dampak negatif bagi mereka.
Salah satu warga yang sempat di wawancarai sempat berkomentar, ia harus membersihkan rumah dari wabah ulat bulu ini paling tidak 2 jam pada pagi hari dan 2 jam pada sore hari. Karena warga tidak ingin para ulat masuk ke dalam rumah, sehingga mereka harus rela membersihkan sendiri halaman bahkan tembok-tembok mereka yang terdapat ribuan ulat tersebut. Mereka membersihkannya dengan cara menyapu ulat-ulat tersebut lalu membakarnya, agar bulu ulat tersebut tidak berterbangan dan membuat gatal warga sekitar.
Menurut sumber yang saya baca, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sudah menerima sampel ulat bulu dari Jember dan Yogyakarta. Ada tiga spesies yang diterima oleh LIPI yaitu Lymantria marginalis, Arctonis species (belum tahu genusnya), dan Cyana veronata. Para peneliti juga mengatakan bahwa ulat bulu dalam spesies lymantridae sudah ada di Indonesia, namun dahulu tidak begitu meledak. Dan spesies lymantride ini memang senang makan kelompok mangga. Sehingga tidak heran jika ulat bulu ini menyerang Probolinggo yang banyak menanam pohon mangga. Ketersediaan hostplan (sumber pangan) juga sangat menentukan keadaan populasi.
Selain itu populasi ulat bulu ini sangat dikendalikan oleh biotik dan abiotik. Di antaranya mencakup parasitoid dan predator. Parasitoit adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang (biasanya serangga juga). Sedangkan predator mencakup mamalia seperti burung dan juga serangga lainnya.
Wabah ulat bulu yang menyerang perkebunan mangga di Probolinggo dan meluas ke daerah sekitarnya merupakan akibat semakin berkurang populasi predator burung liar pemakan ulat bahkan sejauh ini wabah ulat bulu sudah menyerang Kota Bandung, kini ratusan ulat bulu itu menyerang rumah salah satu warga di Perumahan Cibolerang Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung.
Berikut adalah beberapa gambar yang saya ambil dari internet yang berhubungan tentang wabah ulat bulu tersebut:
0 komentar:
Posting Komentar